Cerpen Terlambat

Terlambat

Alin melangkah cepat menyusuri koridor sekolah menuju ruang kelas nya,ia tidak memerhatikan keadaan sekitarnya tiba-tiba "brak.." alin menabrak seseorang, beberapa buku dan kertas berhamburan.
"Ma..maaf.." 
Alin meminta maaf sambil merapikan kertas-kertas yang berhamburan tadi, namun laki-laki itu hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Alin bergegas meneruskan langkahnya menuju ruang kelas.

Bel istirahat berbunyi, mungkin karena naluri manusi-manusia yang kelaparan semua siswa meninggalkan kelas menuju kantin untuk makan atau sekadar membeli camilan. Setelah keluar dari kantin, Alin terhenti di sebuah mading, "sepertinya kertas yang tadi pagi" gumamnya dalam hati. Itu adalah selembar cerpen dengan nama penulis Raka.

Keesokan harinya, jam istirahat Raka sedang membaca buku di taman sekolah.
"Kamu Raka kan ?", sebuah suara mengalihkan perhtiannya.
Raka membalasnya dengan mengangguk.
"Aku boleh ikut duduk ?"
"Iya silakan", sambil mempersilakan Alin duduk.
"Aku mau minta maaf atas kejadian kemarin, aku lagi buru-buru, eh nggak sengaja nabrak kamu. sekali lagi maaf ya."
"Iya aku maaf-in, lain kali hati-hati ya" jawab raka dengan ramah.
"Ngomong-ngomong, kamu suka nulis ?, cerpen kamu yang di mading juga bagus."
"Aku juga suka nulis, cuman ngga sebagus tulisan kamu" tambah Alin.
Raka hanya tersenyum, menjawab pertanyaan dan pujian Alin.

Sejak pertemuan itu Alin dan Raka semakin akrab. Semakin hari mereka semakin dekat. Dua remaja yang mempunyai dunia yang sama. Bahkan Alin ikut bergabung dalam sebuah komunitas menulis yang sudah lama Raka ikuti. Dari sinilah cerita baru bermula.

Karena sering bertemu dan bersama-sama, tumbuh sebuah perasaan diantara mereka namun tak ada satu pun diantara mereka yang berani mengungkapkannya. Hanya menyimpannya dan menuangkannya dalam bait dan syair puisi atau cerita pendek. Mading sekolah menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.

16 mei 2015
Hari ini adalah hari ulang tahun Alin. 
Pagi ini begitu cerah, secerah suasana hati Alin yang sedang berbunga-bunga. Ia bersiap-siap berangkat ke sekolah, dengan senyum sumringah tersirat di bibirnya yang imut. Berjalan dengan segenggam harapan Raka akan membawakan sebuah kado spesialg untuknya. Sebuah buku misalnya, boneka atau sebuah bola kristal dengan niniatur, lengkap dengan salju-saljuan di dalamnya.

Sementara itu Raka sedang harap-harap cemas menunggu pengumuman pemenang sebuah even menulis. Seharusnya kemarin pemenangnya sudah diumumkan, mungkin karena ada gangguan atau masalah teknis lainnya pemenangnya belum juga diumumkan. Rencananya jika ia menang uang hadiah itu akan ia belikan buku untuk hadiah ulang tahun Alin.

Sedikit putus asa di tambah bingung, otak nya bekerja dua kali lebih keras untuk mencari solusinya. 
Ia mengambil sebuah kaleng biskuit dari atas lemarinya. Berwarna merah dan di lubangi bagian tutupnya. Itu adalah celengan yang berisi uang recehan dan uang seribuan yang ia sisihkan dari uang jajannya. Raka membuka dan menghitung keping demi keping uang logam dan beberapa lembar uang seribuan itu. "Alhamdulillah cukup untuk membeli satu buku" gumam Raka senang dalam hati.

Ia begegas mengambil tasnya dan berangkat dengan berharap masih bisa mampir sebentar ke toko buku. 
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi, tiba-tiba angkot yang ia tumpangi mogok dan terpaksa turun dan naik angkot lain. Jarak menuju toko buku itu sekitar seratus meteran lagi. Dengan sisa waktu yang semakin mepet Ia bergegas karena sebentar lagi bel masuk sekolah dan gerbang akan di tutup.

***

Alin memperhatikan setiap sudut koridor sekolah, bola matanya mencari-cari mencari sosok yang sedari tadi ia tunggu-tunggu namun ia tidak menemukannya. Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, namun sosok yang ia cari belum tampak juga. Tidak biasanya Raka datang tetlambat, atau mungkin hari ini dia tidak masuk sekolah. "Hmmmmhh.." Alin menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dan ia memutuskan untuk beranjak menuju kelas.

***

Sebuah buku sudah ditangan, novel bergenre romantisme cinta remaja dan sepertinya Alin akan menyukainya. Tanpa menunggu lama Raka melesat dengan "si biru" angkutan kota yang tak lelah mondar-mandir mengantar penumpang. Sepuluh menit harus sudah sampai di sekolah jika ia tidak ingin di beri sanksi karena kesiangan.

***

Jam istirahat di koridor sekolah, sedikit licin tertetes butiran-butiran rahmat yang berhembus terbawa angin. 
"Lin, selamat ulang tahun", ucap Raka sambil menyodorkan sebuah buku "Aku juga mau ngasih tau kamu sesuatu", sambungnya.
"Makasih ya Ka", dengan senyum yang sedikit terpaksa. Alin mengerti apa yang akan Raka katakan, karena itu yang sebenarnya sudah lama Alin tunggu-tunggu, tapi ada sesuatu yang mengganjalnya.
"Kok kaya nggak seneng, bukunya kurang bagus ya?"
"Bukan Ka, bukan itu. ada sesuatu yang ingin aku omongin. Sudah lama sebenernya aku mau ngasih tau kamu", ucapanya terhenti cukup lama "aku lusa pindah ke Jogja Ka, papa dipindah tugaskan ke sana jadi kami juga mau gak mau harus ikut pindah ke sana. Papa juga sudah mengurus masalah sekolah aku", pelupuk mata nya semakin mendung semendung awan hujan yang dari tadi mrnaungi.
"Kok kamu nggak pernah ngasih tau aku soal kepindahan kamu ini?", ucap Raka dengan nada sedikit naik.
"Maaf", ucap gadis itu dengan lirih.
Lalu Alin dan Raka hanya diam, tak ada suara dari keduanya. Hanya suara gemuruh siwa-siswi lain yang bersenda gurau dan suara hujan yang dari tadi mengguyur bumi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PENANGGULANGANNYA

Membuat Tabel Absensi Dengan Cepat dan Rapi di Microsoft Excel - Tutorial Excel

Cerpen Sepatu Baru Rara