Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Cerpen Sepotong Roti

Sepotong Roti Di pojok kolong jembatan yang tak tersorot matahari, terlihat dua sosok anak kecil dengan wajah yang sedikit mirip duduk tertegun diatas dua lembar kardus yang di bentangkan di atas tanah. Mereka adalah Riko dan Andi, kakak beradik yang sudah lama menghuni pojokan kolong jembatan ini. Bagi mereka pojokan ini lah tempat paling nyaman untuk pulang. Untuk bertahan hidup mereka mencari uang dengan menjual suaranya yang tidak pernah sekolah vokal dan petikan gitar yang mereka pelajari sendiri. Jangankan untuk menyekolahkan suaranya atau menyekolahkan jari-jari mereka untuk bermain gitar. Untuk sesuap nasi saja mereka harus berjuang. Tak jarang mereka hanya mendapat tatapan sinis dari sebagian penumpang, dan tidak mendapat uang receh sekeping pun. Hari ini Andi harus ngamen seorang diri. Riko kakaknya masih lemas, wajahnya nya memar karena berkelahi dengan preman terminal semalam. Bukan karena jagoan, riko hanya mempertahankan uang hasil ngamennya yang direbut si p

Cerpen Terlambat

Terlambat Alin melangkah cepat menyusuri koridor sekolah menuju ruang kelas nya,ia tidak memerhatikan keadaan sekitarnya tiba-tiba "brak.." alin menabrak seseorang, beberapa buku dan kertas berhamburan. "Ma..maaf.."  Alin meminta maaf sambil merapikan kertas-kertas yang berhamburan tadi, namun laki-laki itu hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Alin bergegas meneruskan langkahnya menuju ruang kelas. Bel istirahat berbunyi, mungkin karena naluri manusi-manusia yang kelaparan semua siswa meninggalkan kelas menuju kantin untuk makan atau sekadar membeli camilan. Setelah keluar dari kantin, Alin terhenti di sebuah mading, "sepertinya kertas yang tadi pagi" gumamnya dalam hati. Itu adalah selembar cerpen dengan nama penulis Raka. Keesokan harinya, jam istirahat Raka sedang membaca buku di taman sekolah. "Kamu Raka kan ?", sebuah suara mengalihkan perhtiannya. Raka membalasnya dengan mengangguk. "Aku boleh ikut duduk ?&q

Cerpen Sepatu Baru Rara

Sepatu Baru Rara "semuanya sudah siap," Rara mendesah sambil jari-jari mungilnya memasukan satu buku lagi yang tergeletak ke dalam tas. "Cepat sarapan dulu nak," Perempuan berumur muncul dari dapur membawa sepiring nasi dengan kerupuk kaleng sebagai lauknya. Tak mewah memang jika dibandingkan dengan sepotong roti berisi selai yang di sajikan dengan segelas susu yang masih hangat. Tapi bagi rara ini adalah sarapan pagi spesial yang setiap pagi ibu sajikan untuknya, jika ibu sedang punya pendapatan lebih lauknya bisa amat istimewa telur mata sapi dengan baluran kecap. Rara tidak pernah mengeluh soal menu sarapan ini, tapi ada hal lain yang membuatnya merengek kepada ibu. "Tas nya Rara bolong bu..," Rara merengek dengan wajah memelas hampir menangis. "Nanti Ibu jahit ya.., sekarang Rara makan dulu!" ibu mencoba meyakinkan kalau itu bukan masalah besar, karena ibu sering menjahit pakaian yang bolong dengan bermodal jarum dan b